Rabu, 29 Juni 2016

METODE-METODE GEOFISIKA



METODE-METODE GEOFISIKA

Melalui ayat Al-Qur’an, Allah memerintahkan kepada manusia untuk melakukan  penelitian dan pengamatan fenomena alam terkait yang ada dibumi. Dengan hal ini, manusia dapat mengambil manfaatnya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Sebagaimana didalam Q.S Yunus ayat 101, Allah SWT berfirman:
عَنْ وَالنُّذُرُ الْآيَاتُ تُغْنِي وَمَا ۚوَالْأَرْضِ السَّمَاوَاتِ فِي مَاذَا انْظُرُوا قُلِ
*    يُؤْمِنُونَ لَا قَوْمٍ
Artinya: Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman" (Q.S. Yunus :101).
Ayat Q.S Yunus ayat 101 menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada  manusia untuk melakukan pengamatan baik di langit dan di bumi. Salah satunya adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di bumi yaitu menciptakan gunung-gunung, sungai, hutan, dan sebagainya. Kaitan dengan ayat ini juga menjelaskan untuk melakukan penyelidikan apa yang ada dibawah permukaan bumi.
Bumi sebagai tempat tinggal manusia secara alami menyediakan sumber daya alam yang berlimpah. Kekayaan sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, sehingga kita sebagai generasi penerus bangsa harus berupaya untuk dapat memanfaatkan sumber daya yang ada tersebut untuk kesejahteraan bangsa. Keterbatasan ilmu untuk mengolah sumberdaya alam tersebut memang menjadi kendala bagi kita untuk melakukan eksplorasi terhadap kekayaan alam yang kita miliki tersebut.  Sehingga kita merasa perlu untuk mempelajari cara atau metode untuk mengungkap suatu informasi yang terdapat di dalam perut bumi.
Salah satu cara atau metode untuk memperoleh informasi tersebut adalah dengan menggunakan metode survei geofisika. Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur respons yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang dimaksud disini misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta radiasi radioaktifitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya.
Survei geofisika yang sering dilakukan selama ini antara lain metode gravitasi (gayaberat), magnetik, seismik, geolistrik (resistivitas) dan elektromagnetik.
1.      Metode Gaya Berat (Gravity)
Metode Gaya Berat/Gravitasi adalah salah satu metode dalam survey geofisika, yang termasuk sebagai metode pasif. Metode ini memanfaatkan perbedaan nilai medan gravitasi di permukaan bumi. Perbedaan/variasi nilai medan gravitasi tersebut kemudian dipetakan distribusinya. Pada dasarnya, segala kondisi geologis di bawah maupun di permukaan dapat mempengaruhi medan gravitasi bumi yang terukur.
Jadi metode gravitasi merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kondisi geologi/struktur bawah permukaan berdasarkan variasi medan gravitasi bumi di permukaan, yang disajikan dalam bentuk model bawah permukaan. Dalam bidang eksplorasi, dari model yang dihasilkan dapat diketahui anomali medan gravitasi yang bisa mengindikasikan adanya suatu akumulasi mineral tertentu, atau barang tambang yang ekonomis. Selain itu, metode ini dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya struktur geologi, batuan dasar (basement), kontak intrusi batuan beku/magma, rongga dalam massa batuan, endapan sungai purba, logam terpendam, dll. Metode ini memiliki sensitifitasi tinggi terhadap perubahan vertikal.
Variasi medan gravitasi di permukaan bumi, apabila dibandingkan dengan nilai gravitasi absolut sangatlah kecil. Namun, dengan teknologi alat ukur yang sangat sensitif dan presisi, perbedaan tersebut dapat diketahui. Teknologi ukur pengukuran gravitasi menggunakan alat Gravitymeter, yang memiliki komponen utama berupa pegas dengan kontruksi tertentu. Pengukurannya di lapangan, biasanya dilakukan pada titik-titik pengukuran di sepanjang lintasan pengukuran dalam suatu luasan area pengukuran. Biasanya juga diperlukan satu titik acuan bebas gangguan/noise (base station) yang akan digunakan sebagai unsur koreksi dalam analisa data (koreksi drift). Selain pengukuran di darat, pengukuran juga dapat dilakukan di laut dengan kapal, maupun di udara dengan pesawat.

Gambar 1. Gravitymeter
Satuan pengukuran dalam metode gravitasi biasanya dinyatakan dalam gal (Galileo). Apabila dalam satuan SI (Satuan Internasional), g dinyatakan dalam m/s2, dimana 1 gal = 1 cm/s2 = 0,01 m/s2. Gravitasi rata-rata di permukaan bumi sekitar 980 gal.

2.      Metode Magnetik
Metode magnetik merupakan salah satu metode eksplorasi geofisika yang seringkali digunakan dalam rangka eksplorasi mineral logam maupun non logam yang beasosiasi dengan mineral yang memiliki karakteristik magnetik (mengandung unsur Fe). Metode magnetik sangat mudah digunakan dan cepat, sehingga bisa diaplikasikan untuk daerah yang luas, tetapi kelemahan dari metode magnetik ini adalah dia memiliki resolusi vertikal yang rendah seperti kelemahan metode potensial lainnya seperti metode gravity. Oleh karena itu metode magnetik umumnya digunakan untuk survey pendahuluan untuk memperkirakan sebaran atau luas dari daerah yang prospek sebelum dilajutkan dengan survey geofisika lainnya yang memiliki resolusi vertikal yang bagus.
Prinsip dasar dari metode magnetik ini adalah derajat dari kemagnetan batuan yang terinduksi dengan medan magnet bumi. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan sifat kemagnetan suatu mineral. Kemampuan suatu mineral menjadi magnet adalah tergantung dari susceptibilitas magnetik tiap mineral. Nilai susceptibilitas mineral adalah sangat penting untuk mencari suatu anomaly dari karena setiap mineral memiliki keunikan atau perbedaan nilai susceptibilitas. Nilai susceptibilitas magnetik batuan akan bertambah seiring dengan bertambahnya kandungan mineral magnetik (unsur Fe).
Salah satu instrumen geofisika untuk akuisisi data adalah dengan menggunakan proton magnetometer. Proton magnetometer menggunakan bagian inti atom yaitu proton yang dialiri oleh arus listrik yang kemudian ter-presisi sehingga mendapatkan nilai frekuensi presisi-nya. Dengan meng-konversinya,sehingga didapat nilai intensitas magnetiknya. Dalam hal ini, saya akan mencoba menjelaskan salah satu alat proton magnetometer yang digunakan dalam eksplorasi metode magnetik, yaitu G5 Geotron Proton Magnetometer.

Gambar 2. Magnetometer


3.      Metode Seismik
Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan menggunakan sumber seismik (palu, ledakan,dll). Setelah usikan diberikan, terjadi gerakan gelombang di dalam medium (tanah/batuan) yang memenuhi hukum-hukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur di dalam tanah.
Gambar3. Seismograf
Gelombang seismik mempunyai kelakuan yang sama dengan kelakuan gelombang cahaya, sehingga hukum-hukum yang berlaku untuk gelombang cahaya berlaku juga untuk gelombang seismik. Hukum-hukum tersebut antara lain:
-          Huygens mengatakan bahwa gelombang menyebar dari sebuah titik sumber gelombang ke segala arah dengan bentuk bola.
-          Hukum snellius menyatakan bahwa bila suatu gelombang jatuh diatas bidang batas dua medium yang mempunyai perbedaan densitas, maka gelombang tersebut akan dibiaskan jika sudut datang gelombang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya. Gelombang akan dipantulkan jika sudut datangnya lebih besar dari sudut kritisnya. Gelombang datang, gelombang bias, gelombang pantul terletak pada suatu bidang datar.
Di dalam eksplorasi seismik dikenal 2 macam metode, yaitu:
1)      Metode seismik bias (refraksi)
Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah gangguan pertama (first break) diabaikan,sehingga sebenarnya hanya data first break saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh cepat rambat gelombang dalam medium. Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam material dan dikenal sebagaiparameter elastisitas batuan.
2)      Metode seismik pantul (refleksi)
Sedangkan dalam seismik refleksi, analisis dikonsentrasikan pada energi yang diterima setelah getaran awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari adalah gelombang-gelombang yang terpantulkan dari semua interface antar lapisan di bawah permukaan. Analisis yang dipergunakan dapat disamakan dengan ‘echo sounding’ pada teknologi bawah air, kapal, dan sistem radar. Informasi tentang medium juga dapat diekstrak dari bentuk dan amplitudo gelombang refleksi yang direkam.Struktur bawah permukaan dapat cukup kompleks, tetapi analisis yang dilakukan masih sama dengan seismik refraksi, yaitu analisis berdasar kontras parameter elastisitas medium.
Tabel 1. Perbandingan Seismik Refraksi – Seismik Refleksi

Tabel 2. Kelemahan Seismik Refraksi dan Kengglan Seismik Refleksi


4.      Metode Geolistrik Resistivitas
Metode geolistrik merupakan salah satu metode dalam survey geofisika yang memanfaatkan perbedaan sifat kelistrikan berupa hambatan-jenis dalam batuan. Berdasarkan sumber energinya, sebenarnya metode geolistrik dapat diklasifikasikan lagi, menjadi:
a.       Geolistrik Aktif (berdasarkan sumber energi buatan);
·         IP (Induced Potential)
·         Geolistrik resistivitas sounding
·         Geolistrik resistivitas mapping
·         Geoelectrical borehole tomography
·         Mise a la masse
b.      Geolistrik Pasif (berdasarkan sumber energi alami bumi);
·         SP (Spontaneous Potential)

Hambatan-jenis/resistivitas adalah sifat/kemampuan suatu bahan untuk menghambat arus listrik yang melaluinya. Suatu bahan yang memiliki resistivitas yang semakin besar akan menjadikan arus listrik semakin sulit untuk mengalir. Resistivitas bertolak belakang dengan konduktivitas, dimana bila resistivitas besar maka konduktivitas akan kecil, begitu pula sebaliknya. Batuan, sebagai suatu medium juga memiliki sifat resistivitas, yang beragam sesuai dengan jenis-jenis batuan. Oleh karena itu, dengan memanfaatkan perbedaan-perbedaan sifat resistivitas batuan tersebut, dengan metode geofisika ini kemudian dapat disediliki bagaimana kondisi geologis bawah permukaan. Variasi resistivitas batuan tersebut tergantung pada jenis batuan dan mineral, porositas batuan, kandungan fluida dalam pori-pori batuan (dapat berupa minyak bumi, gas, atau air).
Pengukuran resistivitas dilakukan dengan instrumen berupa Resistivitymeter sebagai unit utamanya, dilengkapi oleh beberapa perangkat penunjang seperti batang-batang elektroda, kabel-kabel penghubung, sumber daya listrik (battery/accu), dll. Prinsip pengukuran geolistrik resistivitas ini pada dasarnya cukup sederhana. Mengacu pada Hukum Ohm, V=I.R, yaitu dengan menginjeksikan/menghantarkan arus listrik I ke dalam tanah (tanah/bumi sebagai medium hantar berhambatan R) melalui sepasang elektroda arus, dan mengukur beda potensial V yang timbul melalui sepasang elektroda potensial pada jarak tertentu dari elektroda arus. Resistivitas terukur umumnya dinyatakan dalam satuan Ohm-meter (Ωm).
Dalam penerapannya, metode ini digunakan dalam eksplorasi di beberapa bidang. Umumnya dimanfaatkan untuk mengetahui struktur bawah permukaan dan stratigrafi, untuk mengetahui sebaran endapan mineral tambang, untuk mengetahui lapisan akuifer dan muka air tanah, untuk mengetahui akumulasi minyak bumi di lapisan dangkal dan kontak fluida antara minyak dan air, untuk mengetahui reservoar geothermal, dan bahkan untuk mengetahui keberadaan candi terpendam.
Gambar 4. Resistivitymeter
Metode geolistrik hambatan-jenis dapat dilakukan secara sounding dan mapping. Sounding merupakan pengukuran perubahan resistivitas bawah permukaan pada arah vertikal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengubah/membuat variasi jarak antar elektroda arus dan potensial, pada titik pengukuran yang sama. Konfigurasi elektroda yang umum digunakan adalah konfigurasi Schlumberger. Mapping atau Traversing merupakan pengukuran perubahan resistivitas bawah permukaan secara lateral (horisontal). Mapping ini dapat dilakukan dengan cara berpindah titik pengukuran, namun mempertahankan jarak antar elektroda arus dan potensial. Konfigurasi elektroda yang umum digunakan adalah konfigurasi Winner atau Dipole-Dipole.

5.      Metode GPR (Groun Penetrating Radar)
Metode ground penetrating radar atau georadar merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari kondisi bawah permukaan berdasarkan sifat elektromagnetik dengan menggunakan gelombang radio dengan frekuensi antara 1-1000 MHz. Georadar menggunakan gelombang elektromagnet dan memanfaatkan sifat radiasinya yang memperlihatkan refleksi seperti pada metode seismik refleksi. Pengukuran dengan menggunakan GPR ini merupakan metode yang tepat untuk mendeteksi benda benda kecil yang berada di dekat permukaan bumi (0,1-3 meter) dengan resolusi yang tinggi yang artinya konstanta dielektriknya menjadi rendah.
Ada tiga jenis pengukuran yaitu refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi. Pengukuran refleksi biasa disebut Continuous Reflection Profiling (CRP). Pengukuran velocity Sounding disebut Common Mid Point (CMP) untuk mementukan kecepatan versus kedalaman, dan transiluminasi disebut juga GPR Tomografi.
GPR terdiri dari sebuah pembangkit sinyal, antena transmitter dan receiver sebagai pendeteksi gelombang EM yang dipantulkan. Signal radar ditransmisikan sebagai pulsa-pulsa yang tidak terabsorbsi oleh bumi tetapi dipantulkan dalam domain waktu tertentu. Mode konfigurasi antena transmitter dan receiver pada GPR terdiri dari mode monostatik dan bistatik. Mode monostatik yaitu bila transmitter dan receiver digabung dalam satu antena. sedangkan moded bistatik bila kedua antena memiliki jarak pemisah.


DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar