METODE GEOMAGNET
A.
Pengertian
Metode Geomagnet
Metode magnetik
merupakan salahsatu metode geofisika tertua yang mempelajari karakteristik
medan magnet bumi. Sejak lebih dari tiga abad yang lalu telah diketahui bahwa
bumi merupakan magnet yang besar. Bentuk bumi sendiri tidak benar-benar bulat
dan material penyusunnyapun tidak homogen, hal ini mengakibatkan
perubahan-perubahan pada lintasan garis gaya magnet. Penyimpangan inilah yang
disebut anomali geomagnet. Metode magnetik mendasari survei geofisika dalam
pencarian jebakan mineral dan struktur bawah permukaan bumi secara signifikan.
B. Sejarah Perkembangan Metode Magnetik
Metode Magnetik
telah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu. Orang yang pertama kali melakukan
penelitian magnetisasi bumi secara ilmiah adalah Sir William Gilbert(1540 –
1603). Gilbert adalah orang yang pertama kali melihat bahwa medan magnet bumi
ekivalen dengan arah utara–selatan sumbu rotasi bumi. Penemuan Gilbert kemudian
diperdalam oleh Van Wrede (1843) untuk melokalisir endapan bijih besi dengan
mengukur variasi magnet di permukaan bumi. Hasil penelitiannya kemudian
dibukukan oleh Thalen (1879) dengan judul :” The Examination Of Iron Ore
Deposite By Magnetic Measurement” yang kemudian menjadi pionir bagi pengukuran
magnetisasi bumi (Geomagnet) Metode magnet adalah salah satu metode geofisika
yang digunakan untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan
sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan.
Metode ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan
bumi yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi
di bawah permukaan bumi. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur
kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik dibawah permukaan,
kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin teramati.
Pengukuran intensitas medan magnetik dapat dilakukan di darat, laut maupun
udara. Metode ini sangat cocok untuk pendugaan struktur geologi bawah permukaan
dengan tidak mengabaikan faktor kontrol adanya kenampakan geologi di permukaan
dan kegiatan gunungapi. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi
minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada
pencarian prospeksi benda-benda arkeologi.
C.
Metode
Geomagnet
Dalam metode
geomagnetik, bumi diyakini sebagai batang magnet raksasa dimana medan magnet
utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil
daripada medan utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan.
Magnet atau besi berani dalam bahasa
tradisionalnya adalah biji besi yang memiliki sifat menarik dan memantulkan
partikel partikel besi dan logam lain jika dia berada dalam jangkauan daya
magnetismenya. Bumi kita bertindak sebagai sebuah magnet yang besar namun lemah
dan sifat-sifat kemagnetan bumi ini berpengaruh besar pada kompas sebagai
penunjuk arah. Didalam Al -quranul karim pada surat al hadid ( besi ) ayat 11,
Allah berfirman:
لَقَدْ
أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ
وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا
الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ
لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ
اللَّهَ
قَوِيٌّ عَزِيزٌ ()
Terjemahannya:
“….Dan Kami telah menurunkan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia….”(Surah
al-Hadid;25).
Di sirat kan satu arti ” dan AKU
turunkan besi dengan segala manfaatnya “,kata di turunkan yg tertera dalam
alquran dapat kita pahami bahwa besi itu bukan berasal dari bumi,menurut
tafsir dan penelitian oleh para ahli gravitasi dan profesor antropology angkasa
luar,bahwa biji besi terdapat pada salah satu planet yang sangat panas di luar
angkasa,panasnya salah satu benda angkasa ini menyebabkan kelebihan muatan
proton sehingga terjadi ledakan yang sangat dahsyat yang mementalkan dan
berhamburanlah isi dari salah satu planet tadi yang berupa biji biji besi ke
berbagai ruang demensi alam raya.
Oleh karena bumi
kita memiliki medan magnet inti yang memiliki daya gravitasi dan juga daya ”raj’i”(memantulkan)
seperti yang difirmankan oleh Allah SWT dalam surat at Thariq ayat 11:
وَالسَّمَاءِ ذَاتِا لرَّجْعِ
Terjemahannya:
“Demi
langit yang memiliki sesuatu yang kembali”
Maka biji biji besi tadi tertarik
ke arah bumi,sehingga menjadi bahan mentah yang tersimpan pada setiap partikel
bumi,pengetahuan antariksa ini telah tertulis di alquran jauh sebelum para
peneliti ruang angkasa menemukan teory kejadian besi ini,selain itu dalam kaji
besi pada ilmu ilmu ghaib di jelaskan asal muasal besi awalnya juga berasal
bukan dari bumi tapi di turunkan atau di tancapkan boleh juga di buang oleh
jibril ke bumi di sebabkan besi yang di tancapkannya kepada tubuh adam berlebih
sejengkal sehingga sampai di bumi besi tadi menjadi biji besi yang sekarang ada
dan di manfaat kan oleh manusia untuk berbagai senjata dan peralatan canggih.
Medan magnet
bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan
magnet bumi (gambar I), yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :
-
Deklinasi
(D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen
horizontal yang dihitung dari utara menuju timur
-
Inklinasi(I),
yaitu
sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari
bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah.
-
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang
horizontal.
Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total.
Gambar I. Tiga Elemen medan magnet bumi
Medan magnet utama bumi berubah terhadap
waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar
nilai yang disebut International
Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun
sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata
pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu
satu tahun.
Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :
- Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat
didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang
cukup lama mencakup daerah dengan luas lebih dari 106 km2..
- Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal
dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang
ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini
berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di
atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
- Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga
disebut medan magnet lokal (crustal field).
Medan magnet ini dihasilkan oleh batuan
yang mengandung mineral bermagnet seperti magnetite , titanomagnetit dan lain-lain yang berada di kerak bumi.
Dalam survei
dengan metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah variasi medan
magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar
anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan
magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap
magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan
dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik
remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan
magnet induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam
survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan
magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976), sehingga
dalam pengukuran medan magnet berlaku :
(1)
dengan :
Medan magnet total bumi
Medan magnet utama bumi
: Medan magnet luar
: Medan magnet anomali
Teramatinya medan magnet pada
bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi
suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada
anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik
secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi
menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap : akuisisi
data lapangan, processing,
interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada
tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu
atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing.
Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain)
dan koreksi lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data
dengan menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini
didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang diinduksi oleh
medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan sifat
kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung dari
suseptibilitas magnetik masing-masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangat
penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap
jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin besar bila jumlah
kandungan mineral magnetik pada batuan semakin banyak.
D.
Metode
Pengukuran Data Geomagnetik
Dalam melakukan pengukuran
geomagnetik, peralatan paling utama yang digunakan adalah magnetometer.
Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei.
Salah satu jenisnya adalah Proton
Precission Magnetometer (PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat
medan magnetik total. Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei
magnetik adalah Global Positioning System
(GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang
meliputi bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi
suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit
karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu
oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain
yang sering digunakan di dalam survei magnetik, antara lain:
a.
Kompas geologi, untuk mengetahui arah
utara dan selatan dari medan magnet bumi.
b.
Peta topografi, untuk menentukan rute
perjalanan dan letak titik pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi
c.
Sarana transportasi
d.
Buku kerja, untuk mencatat data-data
selama pengambilan data
e.
PC atau laptop dengan software seperti
Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.
Pengukuran data medan magnetik di
lapangan dilakukan menggunakan peralatan PPM, yang merupakan portable
magnetometer. Data yang dicatat selama proses pengukuran adalah hari, tanggal,
waktu, kuat medan magnetik, kondisi cuaca dan lingkungan.
Dalam
melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah menentukan base
station dan membuat station-station pengukuran (usahakan membentuk grid-grid).
Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi pengukuran, kemudian dilakukan
pengukuran medan magnet di station-station pengukuran di setiap lintasan, pada
saat yang bersamaan pula dilakukan pengukuran variasi harian di base station.
1.
Pengaksesan Data IGRF
IGRF
singkatan dati The International Geomagnetic Reference Field.
Merupakan medan acuan geomagnetik intenasional. Pada dasarnya nilai IGRF
merupakan nilai kuat medan magnetik utama bumi (H0). Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur pada
saat kita melakukan pengukuran medan magnetik di permukaan bumi, yang merupakan
komponen paling besar dalam survei geomagnetik, sehingga perlu dilakukan
koreksi untuk menghilangkannya. Koreksi nilai IGRF terhadap data medan magnetik
hasil pengukuran dilakukan karena nilai yang menjadi terget survei magnetik
adalan anomali medan magnetik (ΔHr0).
Nilai
IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat medan magnetik total dari
hasil pengukuran di setiap stasiun atau titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai
IGRF tidak menjadi target survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai
sudut inklinasi dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan
pemodelan dan interpretasi.
2.
Pengolahan Data Geomagnetik
Adapun
tahapan-tahapan dalam pengolahan data geomagnetik yaitu sebagai berikut:
1.
Koreksi Harian
Koreksi
harian (diurnal correction) merupakan
penyimpangan nilai medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek
radiasi matahari dalam satu hari.
Waktu
yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan
magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi.
Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara
menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data
medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai
positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi
harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan
dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal
± ΔHharian (2)
2.
Koreksi IGRF
Data
hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga
komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan
anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai
medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan
magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan
dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang
telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang
sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan
sebagai berikut :
ΔH
= Htotal ± ΔHharian ± H0
(3)
Dimana H0
= IGRF
3.
Koreksi Topografi
Koreksi
topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik sangat kuat.
Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas.
Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun
suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat
(Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui,
sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan magnetik
(ΔHtop) sesuai dengan
fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan
IGRF) dapat dituliska sebagai
ΔH
= Htotal ± ΔHharian – H0 - ΔHtop (4)
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik
yang terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di
topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan
sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang
mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta
kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang
memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.
4.
Reduksi ke Bidang Datar
Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data
magnetik, maka data anomali medan magnetik total yang masih tersebar di
topografi harus direduksi atau dibawa ke bidang datar. Proses transformasi ini
mutlak dilakukan, karena proses pengolahan data berikutnya mensyaratkan input
anomali medan magnetik yang terdistribusi pada biang datar.
Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali medan
magnetik ke bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent layer) dan pendekatan deret
Taylor (Taylor series approximaion),
dimana setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely, 1995).
5.
Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses transformasi data medan
potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya yang lebih tinggi.
Pada pengolahan data geomagnetik, proses ini dapat berfungsi sebagai filter
tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik lokal
yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di permukaan
topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak boleh
terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang
bersumber dari benda magnetik atau struktur geologi yang menjadi target survei
magnetik ini.
6.
Koreksi Efek Regional
Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang
menjadi target survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali
magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di bawah
permukaan bumi. Anomali magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik regional
(Breiner, 1973). Untuk menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi
target survei, maka dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk
menghilangkan efek anomali magnetik regioanl dari data anomali medan magnetik
hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali regional adalah
pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta
kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami
perubahan pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.
7.
Interpretasi Data
Geomagnetk
Secara umum
interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua, yaitu interpretasi
kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur
anomali medan magnetik yang bersumber dari distribusi benda-benda
termagnetisasi atau struktur geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola
anomali medan magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi
geologi setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur geologi,
yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan
bentuk atau model dan kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui
pemodelan matematis. Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa
cara dimana antara satu dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk
anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran.
Beberapa pemodelan yang biasa digunakan yaitu pemodelan dua setengah dimensi
dan pemodelan tiga dimensi.
E.
Magnetometer
Alat
yang digunakan dalam metode magnetik disebut dengan magnetometer. GSM 19T adalah peralatan standar proton magnetometer
/ gradiometer yang dirancang supaya bisa di bawa-bawa dengan mudah atau
di gunakan sebagai base station sebagai alat pengamatan metode
geofisika yang berhubungan dengan medan magnet bumi, dan dapat juga di aplikasikan
untuk pengamatan geoteknik, eksplorasi arkeologi, pengamatan medan magnet,
penelitian gunungapi, dll.
Gambar
1. Bagian-bagian peralatan Overhauser Magnetometer GSM-19T
Data dilapangan meliputi posisi titik pengamatan, serta nilai medan magnet total bumi dengan satuan nano tesla (nT) dari hasil pengukuran alat Magnetometer di lapangan dan di Base Station.
Base station
berfungsi sebagai pengamatan medan magnet disatu tempat secara berkesinambungan
dengan cara menempatkan alat magnetometer di suatu tempat yang relatif rendah
dari gangguan dan tidak berpindah-pindah dengan setingan pembacaan waktu
tertentu. Di bawah ini merupakan contoh kurva dari pembacaan di Base
station:
Gambar
2. Kurva
dari pembacaan di Base station
Selain data
base, yang utama adalah data lapangan yang didapat dari hasil pengamatan dengan
menggunakan alat magnetometer di titik tertentu pada area yang diinginkan,
suapaya dapat diketahui penyebaran nilai anomali magnetnya di daerah tersebut,
seperti contoh gambar di bawah ini:
Gambar
3. Field Acquisition
F.
Kegunaan
Metode Geomagnet
Adapun kegunaan dari Metode
Geomagnet yaitu diantaranya sebagai berikut:
1.
Eksplorasi Minyak Bumi dengan Metode
Magnetik
Metode
ini mengukur variasi medan magnetik bumi yang disebabkan perbedaan properti
magnetik dari bebatuan di bawah permukaan. Survei magnetik dan gravitasi
biasanya dilakukan di wilayah yang luas seperti misalnya suatu cekungan
(basin). Dalam eksplorasi migas metoda gravity dan magnetik memang hanya
dipergunakan untuk tahap awal , terutama guna tujuan regional untuk mengetahui
konfigurasi basement (batuan dasar).
Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui ketebalan sedimen, makin tebal makin
bagus dan potensial untuk source rock.
Untuk penentuan struktur geologinya digunakan metoda seismik.
2.
Eksplorasi Panas Bumi dengan Metode
Magnetik
Keadaan
reservoir panas bumi dapat digambarkan menggunakan metode magnetik.Eksplorasi
panas bumi dengan metode magnetik dilakukan dengan menafsir secara kuantitatif
terhadap tubuh intrusi.Biasanya panas bumi terletak di daerah
vulkanik.Kerentanan magnet panas bumi sangat bergantung pada variasi batuan di
lapangan yang telah terpengaruh panas.Dengan mengetahui kerentanan (k) magnetik
batuan, dapat dikettahui informasi tentang panasbumi.
3.
Eksplorasi Bijih Besi dengan Metode
Magnetik
Studi
ini menggambarkan kemampuan metoda magnetik dalam eksplorasi bijih besi (iron
ore) yang yang berasosiasi dengan granit. Besar anomali magnetik dipengaruhi
sangat kuat oleh induksi ferromagnetik bijih besi yang terkandung pada granit.
Berdasarkan pemodelan 2D dan inversi 3D dapat diduga bahwa granit pembawa bijih
besi mengintrusi secara menjari (dike) dengan jenis mineral utama adalah
magnetit. Batuan granit yang mengandung bijih besi (iron ore) berasosiasi
dengan anomali magnet besar (+). Metoda magnetik berguna untuk memetakan dan menghitung
potensi bijih besi dibawah permukaan. Interpretasi kuantitatif dilakukan untuk
menggambarkan bentuk tubuh ’iron ore’ di bawah permukaan berdasarkan anomali
magnetik dan geologi. Interpretasi dilakukan dengan pemodelan ke depan (forward
modeling) secara 2D dan 3D.
4.
Eksplorasi Air dengan Metode Magnetik
Air
tanah dapat menyebabkan suatu endapan yang menimbulkan arus lemah (battery
action). Arus ini akan menghasilkan medan magnet. Pengukuran-pengukuran
tegangan (voltase) secara sistematis di permukaan dapat memperlihatkan suatu
perubahan yang signifikan jika terdapat
mineralisasi di bawah permukaan.
G. Kelebihan dan Kekurangan Metode
Geomagnet
Kelebihan
metode magnetik dibanding metode yang lain:
1. Metode
ini sensitive terhadap perubahan vertical, umumnya digunakan untuk mempelajari
tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang kaya akan mineral
ferromagnetic, struktur geologi. Umumnya tubuh intrusi, urat hydrothermal kaya
akan mineral ferromagnetic(Fe3O4, Fe2O3) yang memberi kontras pada batuan
sekelilingnya.
2. Mineral-mineral
ferromagnetic akan kehilangan sifat kemagnetannya bila dipanasi mendekati
temperatur Curie oleh karena itu efektif digunakan untuk mempelajari daerah
yang dicurigai mempunyai potansi Geothermal.
3.
Data acquitsition dan data proceding
dilakukan tidak serumit metoda gaya berat. Penggunaan filter matematis umum
dilakukan untuk memisahkan anomaly berdasarkan panjang gelombang maupun
kedalaman sumber anomaly magnetic yang ingin diselidiki.
Kekurangan metode magnetik
dibanding metode yang lain:
Setiap jenis
batuan di bumi walaupun dalam pengklasifikasian atau penamaannya sama, dapat
saja mempunyai sifat dan karakteristik yang spesifik akibat peristiwa geologi
yang dialaminya. Sehingga bisa memberikan data yang didapat bisa berbeda dengan
kenyataan yang sebenarnya di bawah permukaan.
H. Kesimpulan
Metode magnetik
merupakan salahsatu metode geofisika tertua yang mempelajari karakteristik
medan magnet bumi. Orang yang pertama kali melakukan penelitian magnetisasi
bumi secara ilmiah adalah Sir William Gilbert(1540 – 1603). Penemuan Gilbert
kemudian diperdalam oleh Van Wrede (1843) untuk melokalisir endapan bijih besi
dengan mengukur variasi magnet di permukaan bumi. Hasil penelitiannya kemudian
dibukukan oleh Thalen (1879). Metode
geomagnetik ini dapat digunakan untuk eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas
bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada pencarian prospek
benda-benda arkeologi.
Eksplorasi
dengan menggunakan geomagnetik pada umumnya dilakukan dengan tiga tahap, yaitu
akuisisi data lapangan, processing,
interpretasi. Pada tahap processing
dilakukan koreksi pada metode magnetik yang terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi IGRF, koreksi
topografi (terrain) dan koreksi
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus
Jaya Santosa, Mashuri, dkk. 2012. Interpretasi
Metode Magnetik Untuk Penentuan Struktur Bawah Permukaan
Di Sekitar Gunung Kelud
Kabupaten.
Srabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya